Oleh : Karlina Yusva Maulidda
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kembali
menyelenggarakan Festival Literasi Sekolah (FLS) pada 28-31 Oktober 2018.
Kegiatan ini merupakan perayaan literasi yang mewadahi warga sekolah yaitu
siswa, guru, kepala sekolah serta penggiat literasi.
"Selama empat hari kegiatan literasi ini akan diikuti
partisipan dari berbagai unsur yaitu sekolah, direktorat teknis di lingkungan
Ditjen Dikdasmen, unit utama Kemdikbud," ujar Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen), Hamid Muhammad di Jakarta, Jumat
(26/10).
Pengembangan Gerakan Literasi
Sekolah
Literasi
berasal dari istilah latin yang artinya, literasi merupakan kualitas atau
kemampuan melek huruf/aksara yang meliputi kemampuan membaca dan menulis
serta kemampuan untuk mengenali dan
memahami ide-ide yang disampaikan secara visual. Literasi bergantung pada
keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu lingkup lingkungan tertentu.
Di era saat ini literasi
bukan hanya sekedar kemampuan baca dan tulis. Sehingga menjadikan literasi
sebagai kemampuan individu yang membutuhkan segenap potensi dan skill yang
dimiliki oleh diri seseorang di dalam hidupnya, dengan pemahaman bahwa literasi
mencakup kemampuan membaca dunia.
Keadaan
saat ini, menyatakan bahwa nilai literasi yang dimiliki bangsa Indonesia sangat
rendah. Salah satu bukti rendahnya nilai literasi Indonsia yaitu dengan adanya
data yang menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat 60 dari total 61
negara dalam hal tingkat literasi. Dari data ini jelas menunjukkan bahwa minat
baca bangsa sangatlah rendah dan sangat tertinggal jauh dari yang lainnya.
Dalam
hal ini, pihak pemerintahpun bangun untuk memperbaiki kualotas literasi dengan
mengadakan gerakan literasi sekolah yang diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Gerakan literasi sekolah
diprogramkan oleh pemerintah untuk menanggulangi bangsa Indonesia yang
buruk dalam hal membaca.
Gerakan
literasi sekolah belum maksimal saat ini, walaupun diwajibkan di setiap
sekolah, namun masih banyak yang belum mengikuti gerakan ini.
Dukungan
penuh pemerintah juga diperlukan dalam menyukseskan gerakan literasi sekolah .
Bukan hanya sekedar sosialisasi atau pelatihan. Tetapi juga pengadaan buku baru
dan sarana prasarana harus diperhatikan. Jika tidak ada bacaan baru maka
khawatir jika siswa merasa bosan nantinya.
Tidak
hanya itu, beberapa sekolah yang sudah mengikuti kegiatan ini pun, hanya
menggemborkan-gemborkan pada awalnya saja. Rancangan kegiatan oleh pemerintah banyak yang tidak
terealisasikan yang pada akhirnya berujung menjadi wacana.
Minimnya
antusias dari tiap siswa pun juga menjadi perhatian. Bagaimana mungkin siswa
mau menyenangi aktivitas membaca kalau banyak tugas yang harus dikerjakannya?
Jika demikian justru siswa akan menggangap bahwa gerakan literasi sekoah ini
hanyalah sebuah beban. Perlunya mengemas kegiatan ini menjadi lebih menarik
dalam pandangan siswa merupakan sebuah pr bagi pemerintah agar gerakan ini bisa
berjalan dengan baik. Program ini tidak akan berjalan dengan lancar jika kurang
partisipasi atau tidak ada kemauan dari seluruh warga sekolah untuk
mensukseskan program tersebut.
Pesan yang layak
diperhatikan
Pelaksanaan program gerakan literasi sekolah dapat dikatakan
cukup sulit, sehingga syarat mencapai keberhasilan adalah ketelatenan dari
sebuah perjuangan dan terus berkelanjutan sebuah komitmen yang dibangun dari
awal. Pengemasan program dengan baik harus diperhatikan, namun program kreatif
apapun jika hanya semangat melakukannya diawal pelaksanaannya saja maka akan
mendapatkan hasil percuma atau sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar