Oleh : Ari Ayu Setyaningrum
Dalam rangka menyambut Bulan Bahasa dan
Sastra pada Oktober mendatang, Kemendikbud akan meresmikan laboratorium
Kebhinekaan Bahasa di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Laboratorium tersebut diresmikan guna untuk
memperlihatkan kepada masyarakat Indonesia terutama kepada anak sekolah akan
kekayaan bangsa Indonesia supaya mereka bisa memahami kekayaan bangsa Indonesia.
Tak hanya itu Kemendikbud juga akan melakukan pencanangan Literasi Gerakan Nasional
(GLN).
Ketidakpekaan
kalangan pelajar akan keanekaragaman Bahasa daerah di Indonesia
Indonesia
merupakan negara yang terdiri dari keanekaragaman kebudayaan salah satunya
Bahasa daerah. Berdasarkan data yang diperoleh Kemendikbud dari pemetaan Bahasa
jumlah Bahasa yang sudah teridentifikasi berkisar 646 bahasa daerah. Berdasarkan data www.ethnologue.com (2015),
terdapat 719 bahasa daerah di Indonesia. Dari jumlah itu, tercatat 13 bahasa
sudah punah dan 706 bahasa masih hidup. Namun, yang perlu diperhatikan, dari
706 bahasa yang hidup itu, ada 341 bahasa daerah memerlukan perhatian khusus,
dengan rincian 266 bahasa daerah berstatus lemah dan 75 bahasa berstatus
sekarat.
Dalam
rangka menyambut Bulan Bahasa dan Sastra pada Oktober mendatang Kemendikbud
akan meresmikan laboratorium Kebhinekaan Bahasa di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Dilakukannya kegiatan ini guna untuk memperlihatkan kepada masyarakat Indonesia
khususnya kalangan anak sekolah tentang kekayaan bangsa, salah satunya adalah
keanekaragaman Bahasa daerah.
Seperti
yang kita tahu, Kemendikbud menargetkan agar kalangan pelajar memahami akan
kekayaan bangsa ini. Kalangan pelajar di Indonesia hanya sebagian kecil yang memahami
akan keanekaragaman Bahasa daerah.
Dewasa ini, seiring berkembangnya zaman maka perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pun semakin berkembang. Maka tak heran jika saat
ini banyak sekali kalangan pelajar menjadi acuh tak acuh terhadap kondisi yang
ada disekitarnya. Nyatanya, terdapat 70% pelajar yang menyatakan bahwa mereka
memiliki gadget karena ingin mengikuti kemajuan teknologi, 10%
pelajar lainnya memiliki gadget karena diberi oleh orangtua mereka.
Berdasarkan penelitian, terdapat 60% pelajar yang sering
bermain gadget daripada belajar. Mereka tidak hanya menggunakan gadget untuk
hiburan, namun mereka juga menggunakannya untuk mengerjakan
tugas sekolah. Terdapat 80% pelajar yang sering
menggunakan gadget saat belajar. Mereka menggunakan
aplikasi gadget dalam belajar, seperti kalkulator dan internet.
Dilihat dari data diatas sekitar 70% pelajar menggunakan
gadget untuk mengikuti kemajuan teknologi, seharusnya jika alasan mereka memang
benar-benar ingin mengikuti kemajuan teknologi seharusnya mereka bisa
menggunakan gadget secara bijak. Dan kalau pun mereka menyatakan bahwa mereka
telah menggunakan gadget secara bijak seharusnya mereka bisa memahami akan
keanekaragaman budaya Indonesia khususnya Bahasa daerah.
Nyatanya, kalangan pelajar di Indonesia tidak meggunakan
gadget mereka untuk mencari tahu tentang keanekaragaman budaya yang ada di
Indonesa. Mereka malah memilih untuk mengakses hal-hal yang tidak penting.
Disisi lain seharusnya Kemendikbud bukan sekedar
menargetkan untuk memperlihatkan keanekaragaman Bahasa daerah ini kepada
masyarakat, melainkan Kemendikbud juga harus memberikan usaha yang nyata, yang
dinilai benar-benar mampu melestarikan sekaligus memperkenalkan kepada kalangan
luas betapa banyak sekali Bahasa daerah yang dimiliki Indonesia.
Misalnya, Kemendikbud mengadakan penyuluhan tentang
Bahasa daerah ke seluruh sekolah di Indonesia, atau melakukan festival budaya
setiap 3 bulan sekali. Dan festival tersebut bukan hanya dilakukan di satu
wilayah saja melainkan berpindah-pindah serta dalam festival ini kalangan
pelajar lebih dilibatkan lagi agar mereka bisa paham dan mengerti, secara tidak
langsung mereka sudah berupaya untuk melestarikan Bahasa daerah. Serta dengan
mengadakan teater yang menggunakan Bahasa daerah.
Namun, dalam mensukseskan upaya ini, yang ikut andil
bukan hanya pemerintah saja melainkan seluruh masyarakat Indonesia. Jika hanya
salah satu saja, maka upaya yang tersebut tidak akan bisa berjalan maksimal.
Masyarakat harus sepenuhnya mendukung upaya ini, demi kelestarian kebudayaan
bangsa Indonesia.
Pesan yang layak
diperhatikan
Oleh sebab itu, dengan adanya itikad baik dari pemerintah
khususnya Kemendikbud dalam rangka menyambut Bulan Bahasa dan Sastra diharap
akan menjadi awal permulaan yang baik dalam menjaga, melestarikan
keanekaragaman bangsa Indonesia yang telah ada sejak dulu kala. Dan juga
diharapkan kepada seluruh masyarakat Indonesia ikut terlibat secara nyata dalam
kegiatan ini.
Jika kegiatan ini semata-mata dilakukan hanya untuk
dipertontonkan saja, bisa dijamin bahwa masyarakat akan memilih untuk tidak
menonton acara terebut karena dianggap kurang menarik.